KONSEP OBJEK KAJIAN MATA KULIAH PENDIDIKAN GLOBAL DAN MULTIKULTURAL

 

KONSEP OBJEK KAJIAN MATA KULIAH PENDIDIKAN GLOBAL DAN MULTIKULTURAL

 

Oleh:

Asep Pahrudin

 

 

Abstract

Global education concept  is an ideal concept today, because the process of community education has been global. It is like there are no boundaries. This is  idea that has emerged for other nations to follow in order to have a mutual agreement and become a common guideline in the world to interact with each other. Global education cannot be avoided in the development of the world of education. Multicultural based global education will be more advanced and exist in the world of education because it has its own character compared to global education without a multicultural basis because it tends to be "forced" to follow a rule that is contrary to the freedom to develop the identity of a group in the educational ecosystem. The concept of multicultural education is an educational concept that recognizes diversity. Multicultural education is a solution to minimize and prevent conflict due to the diversity that exists in society. Attitudes and thoughts of students  will be more open to understanding and appreciating diversity. For this reason, it is very important to provide  portion of multicultural education to students so that they have attention in dealing with social  problems that are rooted in differences.

 

       Keywords: global education concept, Multicultural eucation concept

 

Abstrak

Konsep pendidikan global adalah  konsep yang ideal saat ini, karena proses pendidikan  masyarakat telah mendunia. Hal ini seperti tidak ada batas wilayah. Hal ini pada hakikatnya merupakan suatu gagasan yang muncul untuk diikuti oleh bangsa lain agar memiliki kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama di dunia untuk  saling berinteraksi. Pendidikan global tidak dapat dihindari  dalam perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan global berbasis multikultural akan lebih maju dan eksis dalam dunia pendidikan karena memiliki karakter tersendiri dibandingakan dengan pendidikan global tanpa berbasis multikultural karena cenderung ”dipaksa” untuk mengkuti satu aturan yang betentangan dengan kebebasan pengembangan jati diri suatu kelompok dalam ekosistem pendidikan. Konsep pendidikan multikultural  merupakan konsep pendidikan yang mengakui adanya keberagaman. Pendidikan multikultural merupakan solusi untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik yang disebabkan oleh adanya keragaman  yang ada di masyarakat. Sikap dan pemikiran mahasiswa  akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Untuk itu sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural pada peserta didik agar memiliki perhatian dalam menghadapi gejala dan masalah sosial yang berakar pada perbedaan.

.

         Kata Kunci:  konsep pendidikan global, konsep pendidikan multikultural

 

 

Pendahuluan

        Global education is a mental development program that seeks to improve global human development based on the understanding of global dynamics, through the various sectors of human development delivery. In formal education, as a mode of human development delivery, it is integrated into formal educational programs, as an advanced program where global dimensions to local problems are appreciated through interconnectivity. Its first phase began as an undertaking to restructure education and society in the 1960s and 1970s, through the initiatives of educationalists, NGOs and intergovernmental organizations. The program evolves with the internet, and is in its virtual interconnectivity phase, through social media and other global public spheres. This global approach to mental development, seeks to fix the failing curriculum-based global education program that is: stuck in limited subject knowledge, based on theories that have failed the world (ref. Climate change);hinged on memorization without visual exposure to knowledge development resources and global culture, limited by access to human development resources. Instead, the program seeks to improve the global mental resources pool through the appreciation of global dynamics and local perspectives on issues. This is through alternative motivations for global human development, and alternative global futures hinged on interconnectivity. (Amazon.Com: Global Perspectives in the Geography Curriculum: Reviewing the Moral Case for Geography (9780415475495): Standish, Alex: Books, n.d.)

       Pendidikan global merupakan program pengembangan mental yang berupaya meningkatkan pembangunan manusia global berdasarkan pemahaman akan dinamika global, melalui berbagai sektor penyelenggaraan pembangunan manusia. Dalam pendidikan formal, sebagai mode penyampaian pembangunan manusia, diintegrasikan ke dalam program pendidikan formal, sebagai program lanjutan di mana dimensi global terhadap masalah lokal diapresiasi melalui interkonektivitas. Tahap pertamanya dimulai sebagai upaya untuk merestrukturisasi pendidikan dan masyarakat pada tahun 1960-an dan 1970-an, melalui inisiatif para pendidik, LSM, dan organisasi antar pemerintah. Program ini berkembang dengan internet, dan berada dalam fase interkonektivitas virtual, melalui media sosial dan ruang publik global lainnya. Pendekatan global terhadap perkembangan mental ini, berusaha untuk memperbaiki program pendidikan global berbasis kurikulum yang gagal yaitu: terjebak dalam pengetahuan mata pelajaran yang terbatas, berdasarkan teori-teori yang telah mengecewakan dunia (ref. Perubahan iklim); bergantung pada hafalan tanpa paparan visual terhadap pengetahuan sumber daya pembangunan dan budaya global, dibatasi oleh akses ke sumber daya pembangunan manusia. Alih-alih program ini berupaya meningkatkan kumpulan sumber daya mental global melalui apresiasi terhadap dinamika global dan perspektif lokal tentang berbagai masalah. Ini melalui motivasi alternatif untuk pembangunan manusia global, dan masa depan global alternatif bergantung pada interkonektivitas.

        Menurut Sapriya bahwa pendidikan global merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi. Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa dalam berfikir kritis, namun ada hal yang unik dalam pendidikan global yakni fokus substansinya yang berasal dari hal-hal mendunia yang semakin bercirikan pliralisme, interdependensi dan perubahan. Tujuan pendidikan global ialah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap yang di perlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme budaya dan semakin saling berketergantungan. Perlunya meningkatkan orientasi para siswa dalam wawasan internasional semakin disadari. Meskipun demikian, khususnya di Indonesia upaya untuk meningkatkan dan memperluas pemahaman global pada lembaga pendidikan dasar dan menengah masih perlu diberdayakan. Berikut penjelasan lebih mendalam tentang pendidikan global.(Maiti & Bidinger, 1981)

    Negara Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural yang ada di masyarakat. Agama maupun geografis yang begitu beragam dan luas merupakan bagian dari banyak kultur kehiupan yang beragam dimasyarakat. Hal ini merupakan suatu keberuntungan untuk mewujudkan Indonesia negara maju. Kemajemukan tersebut pada satu sisi merupakan kekuatan sosial dan keragaman yang indah apabila satu sama lain bersinergi dan saling bekerja sama untuk membangun bangsa yang kokoh dan berkarakter. Namun pada sisi lain, kemajemukan tersebut apabila tidak dikelola dan dibina dengan tepat dan baik akan menjadi pemicu lahirnya konflik dan kekerasan yang akan terjadi di masyrakat,  dapat menggoyahkan sendi - sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya pristiwa Ambon dan Poso merupakan contoh kekerasan dan konflik horizontal yang telah menguras energi dan merugikan banyak pihak, tidak saja jiwa dan materi tetapi juga mengorbankan keharmonisan antar sesama masyarakat Indonesia yang ada di luar Ambon dan Poso.

       Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan, dan praktik-praktik diskriminasi dalam proses pendidikan.(Arifudin, 1970). Pelajaran teologi di sekolah cenderung diajarkan sekedar untuk memperkuat keimanan dan pencapaiannya menuju surga tanpa dibarengi dengan kesadaran berdialog dengan agama-agama lain. Kondisi inilah yang menjadikan pendidikan agama sangat eksklusif dan tidak toleran. Padahal di era pluralisme dewasa ini, pendidikan agama mesti melakukan reorientasi filosofis-paradigmatik tentang bagaimana membangun pemahaman keberagamaan peserta didik yang lebih inklusif-pluralis, multikultural, humanis, dialogis-persuasif, kontekstual, substantif dan aktif social.(View of Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Di Sekolah, n.d.)

       Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti pada keragaman etnis, budaya, bahasa, agama dan ras. Strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan agar supaya siswa mudah memahami pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan demokratis. Kemajemukan bangsa Indonesia yang tak dimiliki oleh bangsa lain ini, menjadi modal sosial dengan konstruksi berbasis kearifan lokal. Heterogenitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab tersebut tentunya harus dijaga dan dilestarikan sebagai khasanah budaya nasional. Dalam konteks hubungan sosial (interaksi sosial) baik secara horizontal maupun vertikal dalam realita pluralitas tersebut, dibutuhkan instrumen pendidikan yang berkarakter terbuka, inklusif, toleran dan pluralis. Bahasa pendidikan sebagai media sosio-kultur menjadi jembatan antara realita sosial dengan sikap yang mesti ditunjukan oleh masyarakat, dalam hal ini adalah warga sekolah seperti guru dan siswa.

       Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi generasi yang memiliki pengetahuan, wawasan/sikap dan tindakan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang memperhatikan latar belakang multikulturalisme. Kemajemukan bangsa Indonesia yang dimiliki adanya perbedaan budaya, suku, ras, agama dapat dijadikan sumber kekuatan yang sinergis dalam membangun kemajuan bangsa dan negara. Di dalam mengembangkan pendidikan multikultural di sekolah dapat menggunakan beberapa strategi baik di dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan-kegiatan sekolah yang lain maupun penerapan manajemen sekolah berbasis multikural yang menjadi penanggung jawab dan pemimipinya adalah kepala sekolah. Ciri bangsa Indonesia yang pluralistik dan multikultural menyebabkan strategi kebudayaan nasional harus diisi dengan nilai-nilai yang tepat, di antaranya adalah prinsip mutualisme yaitu kebersamaan dan kerja sama yang memberi manfaat kepada semua pihak yang bekerja sama, bukan hanya searah dan menguntungkan satu pihak saja, berarti menekankan pada pentingnya memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat multikultural yang masing-masing harus diakui haknya untuk mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka. Dengan demikian membangun dirinya, membangun tanah leluhurnya termasuk sebagai bagian dari tanah air Indonesia dengan didasari oleh sikap egalitarian, toleran dan demokratis.(Agus Munadlir et al., n.d.)

       Pembelajaran adalah sebagai suatu upaya yang dilakukan pendidik atau guru secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, dengan cara mengorganisasikan dan menciptakan suatu sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal. Walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”.Tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar.(PERAN GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL | AL MURABBI, n.d.)

         Tingkat keragaman bangsa Indonesia yang tinggi merupakan sumbu yang mudah tersulut oleh konfrontasi- konfrontasi SARA. Oleh karena itu, butuh sebuah penelaan konfrehensif berkaitan dengan ciri kebhinekaan Indonesia. Suatu kajian tentang keanekaragaman budaya bukan hanya memberikan gambaran komprehensif namun lebih dari itu,dapat menumbuhkan dialog persepsi kerukunan SARA ditengah kehidupan berbangsa. Multikulturalisme merupakan given dari Tuhan, namun Bhineka Tunggal Ika merupakan titipan dari nenek moyang kita yang harus di jaga dan dilestarikan.(BHINNEKHA TUNGGAL IKA: KHASANAH MULTIKULTURAL INDONESIA DI TENGAH KEHIDUPAN SARA | Lestari | Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, n.d.)   

 

Metode

      Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu menggunakan metode studi riset kepustakaan ( Library research ), kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi ( content analysis ) yakni berupa deskriptif analistik dengan terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbgai sumber seperti buku - buku dan artikel jurnal pendidikan yang isinya memliki korelasi dengan judul artikel ini ( Konsep objek kajian mata kuliah pendididkan gelobal dan multikiltural ).

      Penulis juga menggunakan aplikasi mendeley  untuk memepermudah dalam pengeloaan referensi dan pengambilan sumber materi dalam pencarian buku, jurnal dan artikel atau bacaan-bacaan lainnya yang mendukung dalam penulisan ini. Setelah menemukan fakta-fakta yang telah sesuai dengan bahan penelitian, selanjutnya dilakukan langkah analasis deskriptif dan interpretasi data untuk mengungkapkan pendapat-pendapat yang ada juga tambahan pengetahuan dari penulis yang bersumber dari buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan topik artikel ini.

 

Hasil dan Pembahasan

a. Pengertian Pendidikan Global dan Pendidikan Multukultural

      Ilmu pendidikan dalam konteks globalisasi adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang memiliki metode – metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, investigasi, merenungkan tentang gejala – gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa” kepada orang yang “belum dewasa  untuk mencapai kedewasaanya alam rangka  memepersiapkan generasi milenial guna mencapai hidup an kehidupan yang lebih baik agar bermakna bagi dirinya,  masyarakat bangsa, negara berdasrkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.(PENGANTAR PENDIDIKAN ERA GLOBALISASI: Konsep Dasar,Teori, Strategi Dan ... - PROF. DR. HAMID DARMADI, M.PD., M.SC. - Google Buku, n.d.)

     Pendidikan global diartikan sebagai sebuah upaya menanamkan pandangan mengenai dunia yang diajarkan kepada peserta didik dengan mengaitkan antar budaya, manusia dan planet bumi.(Toni Nasution, 2018:133).   Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.(Wihardit & Ed, n.d.)

     Berdasrkan hal tersebut di atas bahwa pendidikan global merupakan suatu hal yang niscaya untuk dihindari oleh semua negara. Oleh karena itu semua lembaga pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tantangan global masa kini. Contoh sistem publikasi ilmiah jurnal pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan global, karena setiap artikel yang dipublis dapat dibaca dan dikritisi oleh siapa saja di dunia.

      Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa. Pendidikan multikultural sebagai instrumen rekayasasosial mendorong sekolah supaya dapat berperan dalam menanamkan kesadaran dalam masyarakat multikultur dan mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleran utuk mewujudkan kebutuhan serta kemampuan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada. (Hidayatullah & Arifin, n.d.)

       Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama). Pendidikan multikultural menekankan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada prinsip- prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima serta memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial.(PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam | Ibrahim | ADDIN, n.d.)

      Berdasarkan dua pandangan di atas bahwa pendidikan multikultural merupakan upaya yang sangat logis, realistis dalam mewujudkan pendidikan global. Karena pendidikan multikultural lebih mengedepankan prinsip – prinsip persamaan tujuan mendapatkan pendidikan yang sama atas perbedaan yang ada, baik itu perbedaan bahasa, perbedaan budaya, perbedaan keyakinan, perbedaan suku, bangsa dan negara.

     Dengan demikian, pendidikan multikulural merupakan bagian syarat terwujudnya pendidikan global. Pendidikan global tidak akan terwujud tanpa didasari dengan pendidikan multikiltural, pendidikan multikultural tidak dapat terpenuhi tanpa menyadari pluralisme yang ada di masyarakat. Pluralisme merupakan suatu paham yang menghargai dan memperbolehkan kelompok yang berbeda untuk menjaga dan melestarikan keunikan / ciri khas masing – masing.

b. Konsep Pendidikan Global dan Pendidikan Multukultural

         Semua para pendidik seperti guru, dosen, kyai, ustad memerlukan suatu pendekatan yang akan menolong siswa, mahasiswa, santri untuk mengarahkannya kepada kehidupan yang sangat kompleks dan menjauhi pengertian yang sempit tentang ruang, ras, agama, suku, sejarah dan kebudayaan. Dengan adanya pengertian yang sempit seperti itulah menyebabkan munculnya istilah yang terkesan mengkotak kotak seperti istilah dengan menggunakan kalimat tambahan Utara-Selatan, Barat-Timur, Kulit hitam-putih, Dunia I-Dunia II-Dunia III. Inilah yang menyebabkan dikotomi yang salah, sehingga timbulnya pertentangan di dunia. Perspektif global adalah suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa hidup dan kehidupan ini untuk kepentingan global yang lebih luas. Didalam ajaran islam dikenal dengan istilah rahmatan lilalamin yang bertujuan agar menanamkan sikap saling menyayangi tanpa dikhususkan hanya untuk satu wilayah taupun satu golongan.

           James Bank menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep  

    mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu

2. Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran

   (disiplin)

3. Menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi  

   prestasi akademik siswa yang beragam, baik dari segi ras, budaya, maupun sosial

4. Melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan  

   seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam rangka upaya menciptakan budaya  

   akademik.

5. Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka.  

   (Dosen et al., n.d.: 11)

      Esensi pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam maka akan mencakup dua hal: mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam dan mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.(Malik Fadjar, 2005: 131)

       Dalam cara berpikir seseorang harus berpikir global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and action locally). Oleh karena itu, harus kita camkan betul bahwa yang kita lakukan dan perbuat akan mempengaruhi dunia secara global. Hal ini harus ditanamkan pada diri peserta didik bahwa kehidupan kita ini adalah bagian dari kehidupan dunia. Kita tidak dapat berkembang tanpa adanya hubungan dan komunikasi dengan dunia luar, kita hidup karena adanya saling ketergantungan. Semua yang kita lakukan akan berpengaruh pada dunia.

      globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia, seolah - olah tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.

      Menurut Mastuhu, turbulensi arus global bisa menimbulkan paradoks atau gejala kontras moralitas, yakni pertentangan dua sisi moral secara diametral, seperti guru mendidik disiplin lalu lintas, namun di jalan para sopir ugal-ugalan, di sekolah dikampanyekan gerakan anti narkoba tapi penjaja narkoba di masyarakat sering terjadi bentrok antarkampung, di sekolah diadakan razia pornografi tapi media massa terus memajang simbol-simbol yang merangsang nafsu syahwat. Contoh arus global di atas dapat membawa paradoks bagi praktis pendidikan Islam, seperti terjadi kontra moralitas antara yang diidealkan dalam pendidikan Islam (das solen) dengan realitas di lapang (das sein) maka gerakan tajdid dalam pendidikan Islam hendaknya melihat kenyataan kehidupan masyarakat lebih dahulu. Mastuhu berpendapat bahwa menutup diri atau bersikap eksklusif akan ketinggalan zaman, sedang membuka diri berisiko kehilangan jati diri atau kepribadian.(Mahsun, 2013)

      Pendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan-kelemahan, kegagalan kegagalan dan diskrimainasi di dunia pendidikan. Pendidikan multikultural sebagai instrumen rekayasa sosial mendorong sekolah supaya dapat berperan dalam menanamkan kesadaran dalam masyarakat multikultur dan mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleran utuk mewujudkan kebutuhan serta kemampuan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada. (Hidayatullah & Arifin, n.d.)

      Konsep pendidikan global dalam dipahami melalui pendekatan Al-Qur’an, sebagaiman dalam firman Allah SWT yang artinya : Tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam [ Q.S. Al-Anbiya, Ayat 107].(Prof. H. Soenarjo, 1971: 508).     

     Berdasrkan ayat ini, kata rahmat dalam kalimat di atas sangat luas dan agung serta bersifat umum. ini telah menjelaskan kepada manusia bahwa Allah SWT telah mengutus hamba-Nya dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak hanya untuk golongannya semata, tetapi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam / seluruh dunia ( Global) yang terdiri dari kelompok-kelompok mahluk seperti alam manusia, alam Malaikat, alam Jin, alam hewan. Beliau juga diutus sebagai rahmat bagi mereka semua.

     Ayat di atas merupakan konsep dasar pendidikan global yang sudah ada sebelum lahir istilah pendidikan global (Global Education) di era 1970-an. Dengan demikian Islam telah terlebih dahulu melahirkan konsep pendidikan global yang telah menginspirasi lahirnya pendiikan global dan globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan.\

     Akar sejarah pendidikan multikultural bermula pada gerakan hak – hak sipil dari berbagai kelompok yang secara historis memang selalu terabaikan dan tertindas. Pendidikan multikultural timbul dari munculnya gerakan hak – hak sipil di Amerika tahun 1960-an yang mulai menyadari an menuntut hak yang belu pernah terjadi sebelumnya. Tujuan utamanya mengihalngkan diskriminasi dalam prihal akomodasi umum, perumahan, tenaga kerja dan pendidikan.(Surtano, 2007:10). Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa Inggris (English-speaking countries) yang dimulai di Afrika pada tahun 1999.(See Neil Bissoondath, 2002)

      Istilah multikulturalisme marak digunakan pada tahun 1950 di Kanada. Istilah ini diderivasi dari kata multicultural yang dipopulerkan surat kabar-surat kabar di Kanada, yang menggambarkan masyarakat Montreal sebagai masyarakat multikultural dan multilingual. Pengertian tentang multikulturalisme memiliki dua ciri utama: pertama, kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition), kedua, legitimasi keanekaragaman budaya atau pluralisme budaya. Parsudi Suparlan menuliskan Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku-bangsa atau kebudayaan suku-bangsa yang menjadi 5 ciri masyarakat majemuk, karena multi-kulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme akan harus mau tidak mau akan juga mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakkan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.(Suparlan, 2014)

      Dasar pendidikan mutikultural dalam Islam diantaranya tersirat dalam Al-Qur’an yang artinya berbunyiHai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -bangsa  dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[Q.S.Al-Hujurat, ayat 13].(Prof. H. Soenarjo, 1971: 847)

      Di dunia terdapat ribuan suku bangsa dan bahasa yang berbeda. Di negara Indonesia pun terdapat ratusan suku dan bahasa yang berbeda dan digunakan diseluruh wilayah Indonesia yang tersebar kedalam beribu-ribu pulau yang dihuni oleh masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke. Perbedaan ini tidak hanya sebatas perbedaan suku dan bahasa saja akan tetapi dalam satu suku pun terdapat perbedaan budaya dan kepercayaan, Begitupun dari segi agama terdapat sejumlah agama besar dunia dan sejumlah sistem kepercayaan lokal yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

     Untuk mewujudkan kebersamaan dalam keragaman khususnya dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua perspektif  besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai  kehidupan bersama dalam keragaman  yaitu mengamalkan prinsif as-syu’ubyaitu menerima eksistensi dan perbedaan suku  bangsa lain sebagai anugerah rahmad dari Allah swt. Dan nahdhariyah al-nahdha, yaitu menerima eksistensi kemanusiaan . Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt  yang memiliki kesamaan hak.
           Dalam prinsip pertama Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah swt, dan semua ciptaan Allah adalah anugerah terindah untuk manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan menjadi nyaman dengan kebersamaan. Kemudian dalam prinsip kedua Al-Quran menghendaki bahwa  keberadaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Manusia di ciptakan memiliki hak-hak azazi yang harus diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak azazi atau mengingkari hak azazi manusia itu sama artinya dengan mngingkari penciptaan. Dengan demikian eksistensi penciptaan harus dipandang sebagai hukum yang tak boleh dilanggar apalagi didzalimi oleh seluruh umat manusia di muka bumi.

      Tugas pendidikan adalah membawa generasi ini merengkuh sedemikian agar manusia tidak tercabut dari kemampuannya dalam menghadapi kontradiksi alam yang selalu mengalami perubahan. Globalisasi sebagai proses terkait dengan globalution, yaitu paduan dari globalization dan evolution. Dalam hal ini, globalisasi adalah hasil perubahan (evolusi) dari hubungan masyarakat yang membawa kesadaran baru tentang hubungan atau interaksi antarumat manusia.(Nurani Soyomukti, 2008: 43)

     Pendidikan global dan pendidikan multikultural merupakan konsep penting didalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatn pendidikan yang diselenggarakan di lembaga – lembaga pendidikan dengan mengedepankan pendidikan berbasis global dan multikultural. Karena pendidikan saat ini tidak akan maju dan berkembang ketika tidak berbasis global dan mutikultural.

      Penidikan multikultural bentuk memuliakan manusia karena memandang semua manusia setara, dapat bekerjasama dan saling menghormati walaupun berbeda budaya, ras, etnis, agama, jenis kelamin dan cara pandang.(Pendidikan Multikultural - Murniati Agustian - Google Buku, n.d.: 7)

    Pendiikan global memiliki tiga tujuan yaitu:

1. Memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukaan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan bahan dan menggunakan metode yang memberikan relatifisme budaya 

2. Memberikan pengalaman yang mempersiapkan sisaw untuk mendekati diri dengan keragaman global. Tujuan ini untuk mendiskusikan tentang relatifisme budaya dan keutamaan etika

3. Memberikan pengalaman tentang mengaja siswa untuk berpikir tentang mereka seniri sebagai individu, warga negara an masyarakat secara keseluruhan.(Pendidikan Dalam Perspektif Global - Google Books, n.d.: 2)

    Berasrkan konsep yang disampaikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Semua pendidik memerlukan pendekatan global berbasis multikultural didalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan menolong siswa, mahasiswa, santri untuk mengarahkannya kepada kehidupan yang sangat kompleks.

2.  Dalam cara berpikir seseorang harus berpikir global, dan dalam bertindak dapat secara lokal (think globally and action locally). Karena yang kita lakukan dan perbuat akan mempengaruhi dunia secara global.

3. Dalam pendidikan global dan multikultural harus menerima eksistensi dan perbedaan suku  bangsa lain sebagai anugerah rahmat dari Allah swt. yaitu menerima eksistensi kemanusiaan . Bahwa manusia merupakan ciptaan Allah swt  yang memiliki kesamaan hak.

4. Dalam pendidikan global dan multikultural harus mampu menerima, menyesuaikan, dan memanfaatkan dampak perkembangan teknologi sebagai media pembelajaran dalam pengembangan dan kemajuan pendidikan globalisasi

5. Pendidikan global berbasis multikultural akan memperkaya khasah keilmuan yang dapat diperoleh oleh semua manusia di dunai melalui perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

     

Kesimpulan

      Konsep pendidikan global merupakan suatu konsep yang ideal saat ini, karena proses pendidikan dalam tatanan masyarakat telah mendunia. Hal ini seolah - olah tidak mengenal batas wilayah. Hal ini pada hakikatnya merupakan suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. tujuannya untuk saling berinteraksi terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam pendidikan global. Saat ini berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu pendidikan global tidak dapat dihindari kehadirannya dalam perkembangan dunia pendidikan.   

      Pendidikan global berbasis multikultural akan lebih maju dan eksis dalam dunia pendidikan karena memiliki karakter tersendiri dibandingakn dengan pendidikan global tanpa berbasis multikultural karena cenderung ”dipaksakan” untuk mengkuti satu platform yang betentangan dengan kebebasan pengembangan jati diri suatu kelompok dalam ekosistem pendidikan.

     Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengakui adanya keragaman dan menghendaki penghormatan serta kesederajatan manusia dari manapun dia datang dan berbudaya apapun. Pendidikan multikultural merupakan solusi untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik disebabkan adanya keragaman budaya, ras, etnik, agama dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Melalui pendidikan global berbasis multikultural, sikap dan pemikiran mahasiswa / siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Untuk itu sangat penting memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan, terutama pada peserta didik agar memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala dan masalah sosial yang berakar pada perbedaan. Hal ini dapat diimplementasi baik pada substansi maupun model pembelajaran yang mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya.

 

Daftar Pustaka

Agus Munadlir, Pendidikan, I., Pgri, I., & Yogyakarta, W. (n.d.). STRATEGI SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL.

Amazon.com: Global Perspectives in the Geography Curriculum: Reviewing the Moral Case for Geography (9780415475495): Standish, Alex: Books. (n.d.). Retrieved March 9, 2021, from https://www.amazon.com/Global-Perspectives-Geography-Curriculum-Reviewing/dp/041547549X

Arifudin, I. (1970). Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah. INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 12(2), 220–233. https://doi.org/10.24090/insania.v12i2.252

BHINNEKHA TUNGGAL IKA: KHASANAH MULTIKULTURAL INDONESIA DI TENGAH KEHIDUPAN SARA | Lestari | Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (n.d.). Retrieved March 11, 2021, from http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5437

Dosen, Z. D., Bengkulu, I., Raden, J., Pagar, F., & Bengkulu, D. (n.d.). PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL.

Hidayatullah, A., & Arifin, A. (n.d.). THE IMPLEMENTATION OF MULTICULTURAL EDUCATION IN THE EDUCATIONAL PRACTICES IN INDONESIA . 1(1), 72–82.

Mahsun, A. (2013). PENDIDIKAN ISLAM DALAM ARUS GLOBALISASI: Sebuah Kajian Deskriptif Analitis. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(2). https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.259-278

Maiti, & Bidinger. (1981). Pendidikan Global. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Malik Fadjar. (2005). Holistik Pemikiran Pendiikan. Raja Grapindo Persada.

Nurani Soyomukti. (2008). Pendiikan Berprespektif Globalisasi. Ar-Ruzz Media.

Pendidikan dalam Perspektif Global - Google Books. (n.d.). Retrieved March 11, 2021, from https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_dalam_Perspektif_Global/xQAGEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=konsep+pendidikan+global&printsec=frontcover

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam | Ibrahim | ADDIN. (n.d.). Retrieved March 9, 2021, from https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/573

Pendidikan Multikultural - Murniati Agustian - Google Buku. (n.d.). Retrieved March 9, 2021, from https://books.google.co.id/books?id=D1WfDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pendidikan+multikultural&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiRgMnVn6LvAhWaWX0KHRCwD6kQ6wEwAHoECAUQAQ#v=onepage&q=pendidikan multikultural&f=false

PENGANTAR PENDIDIKAN ERA GLOBALISASI: Konsep Dasar,Teori, Strategi dan ... - PROF. DR. HAMID DARMADI, M.PD., M.SC. - Google Buku. (n.d.). Retrieved March 9, 2021, from https://books.google.co.id/books?id=mICSDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengertian+pendidikan+globalisasi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwibmN-81KLvAhXZR30KHZpMB4MQ6AEwBXoECAYQAg#v=onepage&q=pengertian pendidikan globalisasi&f=false

PERAN GURU DAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL | AL MURABBI. (n.d.). Retrieved March 11, 2021, from https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/pai/article/view/893

Prof. H. Soenarjo. (1971). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Mahkota Surabaya.

See Neil Bissoondath. (2002). Selling illusion: The Myth Of Multikulturalism. Penguin.

Suparlan, P. (2014). Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Antropologi Indonesia, 0(69). https://doi.org/10.7454/ai.v0i69.3448

Surtano. (2007). Pendiikan Multikultural. Depiknas.

Toni Nasution. (2018). Konsep Dasar IPS. Samura Biru.

View of Urgensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Di Sekolah. (n.d.). Retrieved March 11, 2021, from http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/JPI/article/view/1113/1009

Wihardit, K., & Ed, M. (n.d.). Hakikat dan Konsep Perspektif Global.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Tugas Host “(Operator Plus)” dan Moderator di Ruang Zoom Meeting

Kenapa membaca doa dari ayat Al-Qur'an tidak menggunakan tajwid?

Khutbah sholat gerhana(bahasa sunda)