Esai Tentang Multikultural

Kumpulan esai tentang multikultural
1. a. Masih banyak sekolah SMA dan yang sederajat belum mengetahui dan menerapkan 
pendidikan bebasis multikilutural. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator yang 
masih dijumpai dilapangan: 
1. Masih adanya perkumpulan siswa di sekolah dengan membentuk kelompok yang 
disebut dengan geng. Biasanya terbentuknya kelompok – kelompok kecil ini ( 
Geng). Pada umumnya didasarai oleh adanya persamaan kelas ekonomi keluaraga, 
danya persamaan suku, danya persamaan hobi, danya persamaan prinsip hidup. 
Mereka ingin memeperlihatkan eksistensinya dihadapan rekan – rekan nya, maka 
mereka dengan sendirinya membentuk kelompok kecil geng tesebut. Ada geng elit, 
ada geng olah raga tertentu seperti geng basket, ada geng model, ada geng religi, ada 
juga geng nongkrong.
2. Banyaknya para guru di sekolah tersebut belum pernah mempelajari pendidikan 
multiluktiral. Bahkan masih banyak yang masih merasa asing denagn istilah 
multikiltural. 
3. Pihak sekolah maupun dinas pendidikan masih banyak yang belum 
menyelenggarakan diklat atau pembekalan kepada semua guru tentang pendidikan 
multikultual
4. Masih dijumpai kasus kekersan antar pelajar, baik dilingkungan sekolah maupun 
antar sekolah. Hal ini awal mulanya biasnya saling ejek karena perbedaan yang 
mereka miliki masing – masing. Perbedaan tersebut masih dijadikan biang masalah 
terjadinya kekerasan anatar pelajar maupun antar sekolah.

1. b. Langkah – langkah kepala sekolah yang sebaiknay dilakukan ketika terjadi hal tersebut 
di atas didalam mengimplementasikan pendidikan multikultural antara lain :
1. Kepala sekolah memberikan pengarahan kepada para guru dan para pelayan 
penyelenggara sekolah aagar selalu memeperhatikan aktivitas para siswa ketika 
mereka berkumpul di sekolah, dan melaporkan aktivitas siswa ke pembina OSIS, 
ketika mereka terbukti membentuk kelompok yang disebut dengan geng. 
2. Kepala sekolah mendatangkan narasumber yang kompeten dibidang pendidikan 
multikultural untuk memberikan pelatihan dan pembekalan khusus kepada para guru 
di sekolah tersebut, untuk mengenal dan mempelajari pendidikan multiluktiral. 
Karena masih banyak para guru yang masih merasa asing dengan istilah 
multikiltural. 
3. Kepala sekolah menjalin kerjasama dengan dinas pendidikan menyelenggarakan 
diklat atau pembekalan kepada semua guru tentang pendidikan multikultual yang 
ditandai dengan adanya sertifikat mengikuti pembekalan pendidikan multikultural
4. Para kepala sekolah membentuk even yang dapat memepersatukan siswa antar 
sekolah, agar mereka saling mengenal dan akrab. Hal ini untuk menghindari 
terjadinya konflik antar pelajar. Karena masih dijumpai kasus kekersan pelajar antar 
sekolah. Hal ini awal mulanya biasnya saling ejek karena perbedaan yang mereka 
miliki masing – masing. Perbedaan tersebut masih dijadikan biang masalah 
terjadinya kekerasan anatar pelajar maupun antar sekolah.

2. a. Masih dijumpai kekerasan atas nama agama di Indonesia (seperti yang sering dilihat di 
media televisi), apalagi menjelang pemilihan umum. Contoh kasus kekersan agama 
(Penistaan agama yang dilakukan Ahok) hal ini memicu respon besar dari kalangan 
umat muslim di Indonesia. Yang pada akhirnya Ahok diponis hukuman penjara 2 tahun. Ha ini merupakan kasus yang paling spektakuler karena mampu menghadirkan 
jutaan umat islam di monas menungtut mengadili saudara Ahok. Kekerasan agama 
muncul karena sikap intoleransi yang dilakukan seseorang dan diketahui oleh banyak 
orang dengan perantara media sosial. Mungkin saja dari dulu juga ada sikap intolersansi 
beragama, akan tetapi tidak terekspos seperti zaman sekarang. Maka dampak dari 
intoleransi beragama zaman dulu tidak sampai mencuat ke permukaan karena belum 
ada media sosial yang mengekspos. Namun demikian, intoleransi tetap tidak boleh 
karena sangat berbahaya yang dapat menimbulkan kekerasan baik verbal maupun non 
verbal bagi pelakunya. Intolernsi beragama tibul karena tidak memahamai pendidikan 
multikultural dan mengimplementasikanya. Kesadaran dan saling menghargai perbedan 
dalam segala aspek merupakan kunci terbentuknya tolersansi beragama dalam 
memelihara persatauan dan kesatauan bangsa. 

2. b. Langkah – langkah yang harus dilakukan pemerintah, pemuka agama dan lembaga 
pendidikan dalam menyelesaikan kasus kekerasan agama agar mereka dapat hidup 
kembali berdampingan antara lain :
1. Menanamkan sikap toleransi sejak usia dini dari mulai pendidikan PAUD sampai 
perguruan tinggi. 
2. Mengumpulkan tokoh pemuka agama dan selalu memepersatukan mereka pada even 
– even kenegaraan baik di pusat maupun di daerah, agar para jamaahnya mengetahui 
keharmonisan tokoh agama masing – masing, dan menginsfirasi mereka untuk selalu 
hidup berdampingan meskipu berbeda agama . 
3. Membuat regulasi hukum pidana bagi yang melakukan intoleransi, agar masyarakat 
lebih berhati – hati dalam berkata dan bertindak di era sekarang yang serba teknologi 
informasi berbasis internet yang mudah di terima, di sebarkan dan di tanggapi oleh 
lapisan masyrakat
4. Para pemuka agama, pemerintah dan para pendidik, baik dilingkungan pendidikan 
formal maupun pendidikan non formal harus sering memberikan penyejuk dan 
pencerahan disetiap kesempatan di tengah – tengah lapisan masyarakat akan 
pentingnya tolersansi beragama daalam rangka menghindari konflik kekerasan atas 
nama agama untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Tugas Host “(Operator Plus)” dan Moderator di Ruang Zoom Meeting

Kenapa membaca doa dari ayat Al-Qur'an tidak menggunakan tajwid?

Khutbah sholat gerhana(bahasa sunda)